Jumat, 06 Maret 2015

Mila, Kita Kencan Lagi

Pukul 20.48 WIB (3 Maret 2015) Saya dan Mila (lagi) keluar dari Terminal Tawang Alun mengarah ke barat, rute yang biasa, Jember - Jogja. 
Seperti biasa, saya menghubungi tiga orang kenek Mila Sejahtera, Pak Agung, Pak Darmaji, dan Pak Hamid. Ternyata Pak Agung libur, mesin Bisnya dalam perbaikan, Pak Darmaji tak merespon, Pak Hamid menjelaskan bahwa hari ini pemberangkatan terakhir jam 21.00 WIB.
Sebelumnya saya berencana naik di Terminal Pakusari karena dekat dari rumah. Tapi, semua Bis Mila yg berangkat hari ini startnya di Twg Alun. Saya membatin, 'pasti sewaktu dari Jogja penumpang yg dibawa tidak seberapa. Sehingga untung yang didapat tidak seberapa pula jika perjalanan dilanjut ke Banyuwangi.' Saya freehatin.

Wuss... Tiba di terminal. Saya yakin masih ada Bis Mila. Harapan awal adalah naik Mila Donadoni. Saya tengok kiri-kanan. Adanya hanya Mila Bledex, adik Mila Predator (iya tah?). 
Jika dalam setiap perjalanan pulang atau balik saya mengejar Donadoni dengan niatan agar menikmati lomba lari dengan Sumber Selamat. Maka dengan Mila yang lain niat saya adalah berbagi rejeki. Daripada saya bagi dengan Bis Akas Asri mending saya bagi ke Mila Sejahtera. Alasannya sederhana, rejeki Bis Mila mulai berkurang karena armada yg ia miliki kalah dengan Akas Asri. Dari interior, jarak masing-masing kursi, AC (Mila hanya satu yang menggunakan AC yaitu Armada Pak Darmaji. Sisanga tidak pakai AC padahal harga sama dengan Mila yg lain Atau Akas Asri). Namun dalam hal kecepatan dan kesantunan supir dalam menyalip saya kira Mila masih juara. :D

Pukul 21.17 WIB lampu Bis Mulai dimatikan. Saya Luthfi. Penumpang Setia Mila Sejahtera. Salam.

#CatatanPerjalanan #bismania

Kencan Malam Jumat Dengan Mila

Awalnya saya sudah malas untuk pulang karena kenek Mila Predator (Pak Agung) dan Mila (Darmaji) yang saya hubungi kemarin sore (25 Februari '15) menyampaikan bahwa tidak ada Mila Sejahtera yg berangkat sampai hari sabtu untuk trayek Jogja - Banyuwangi. Entah kenapa. Saya tak bertanya alasannya.
Semenjak saya di Jogja, rute perjalanan pulang saya selalu sama, Jogja - Mojokerto - Jember. Kadang menggunakan motor, mobil, dan kadang ngebis seperti sekarang ini. Pernah sekali berbeda rute, yaitu Jogja - Surabaya - Jember. Jogja - Surabaya saya lalui bersama Sumber Selamat (Saya lupa plat nomornya. Tapi awalnya pasti 'W'), Surabaya - Jember bersama Restu (Tak ingat sama sekali plat nomornya). Waktu itu saya terburu-buru karena harus pulang ke rumah agar dapat mengikuti prosesi pemakaman Alm. Bapak di keesokan harinya. 
Pukul 18.12 WIB, saya tiba di terminal. Lewat jalur belakang seperti biasa (Hotel TPI). Saya melirik ke kanan, ke deretan Bis Efisiensi yg belum terisi penumpang. Di belakang Bis dua keneknya duduk sambil menghisap rokok masing-masing. Keduanya melirik saya, tapi cuma sebentar, mungkin hanya tiga detik - empat detik. Tak ada pertanyaan atau ajakan kepada saya untuk ikut bis vip itu. Mungkin mereka sudah menebak. Saya yg memakai kaos seorang Tokoh Besar Indonesia, Mahbub Junaidi, dengan dandanan ala kadarnya seperti kebanyakan penerusnya dan tambahan kacamata entah minus atau silinder di atas rambut (seperti bando), tidak mungkin ikut bis sekelas bisnya. Melihat respon mereka, saya pun menatapnya tidak jauh lebih banyak dari mereka, mungkin 4,5 detik. Saya juga cuek. Karena memang tak mungkin menyapa mereka. Menurut bahasa aktivis, belum punya kepentingan politik. Mereka tak seperti Pak Agung, Pak Darmaji, dan Pak Hamid yg baru saja saya minta nomer handphonenya, kenek efisiensi tersebut sok elitis. Seperti anggota DPR yg kedatangan tamu untuk dimintai sumbangan dana. 
Saya lupakan kenek itu, toh kalau pulang kampung saya tidak naik bisnya. Mungkin kalau k purwokerto saja jika diajak jalan-jalan oleh Naufil. 

Saya lanjutkan langkah kaki melewati dua toko yg berhadapan untuk sampai di parkiran atau tempat Bis AKAP menunggu penumpang. Aha... Ternyata Mila Bumel beroperaai hari ini. Gambar ebBIS Saya datangi keneknya kemudian bercerita tentang tidak berangkatnya Pak Agung dan Pak Darmaji. Saya ingin menanyakan lebih dalam (Seperti skripsi saya yg datanya harus mendalam). Tapi saya urungkan. Sepertinya ia tidak ingin berbagi terkait ketidakberangkatan kedua koleganya tersebut. Ya sudah, saya urungkan. Saya tidak bertanya lagi. Saya mencoba tidak meniru beberapa dosen penguji skripsi yg biasa bertanya sampe detail-sedetail-detailnya.

Pukul 18.21 saya pamit dan menyalami gadis yg mengantar saya, Gadis Bulaksumur. Ya seperti biasa, dia senyum dan 15 menit kemudian pasti akan mengirim pesan 'hati-hati'. Saya tidak langsung membalas karena saya sedang menulis catatan ini. Sebentar lagi akan saya balas begini, 'Iya, nanti tak sampein ke pak supir'. Saya akan melanjutkan catatan ini karena belum ada sisi yg menarik. Tapi karena kantuk sudah menyerang. Di situ kadang saya merasa sedih.

Delanggu, 19.37 WIB. with Mila Bumel N 7248 US
*Foto diambil oleh Blacberry Pearl 9105

Catatan #perjalanan #ngebBIS #bismania#Bis #penumpang #setia