Memotret
kesukuan di Indonesia, tak lengkap rasanya tanpa melirik adat Minang.
Tak seperti kebanyakan suku di daerah lainnya, Minang memiliki adat yang
cukup unik. Jika di daerah lain trah laki-laki
begitu gagah dan menempati posisi tinggi dalam sistem kekeluargaan, di
Minang, tidak. Sebaliknya, garis keturunan perempuanlah yang dianggap
“emas”. Kita tak perlu jauh-jauh kembali ke zaman prasejarah untuk
menemukan tradisi matrilineal, karena hingga hari ini, di Minang
tradisi Matrilinealisme masih berlangsung elok.
Alam,
seorang mahasiswa jurusan Hukum Universitas Gadjah Mada, asal Suku Tanjung
mengatakan bahwa tradisi Matrilineal sudah ada sejak zaman dahulu, sebelum
Belanda masuk ke Indonesia. Menurutnya, tradisi matrilineal dimaksudkan untuk
menjaga harta atau warisan yang sudah diturunkan oleh nenek moyangnya secara
turun-temurun agar mampu dijaga dengan baik dan tidak beralih ke tangan orang
lain yang tidak berasal dari keluarga keturunannya(baca: keturunan nenek moyang). Dalam hal ini, perempuanlah yang dianggap
mampu menjaga warisan tersebut.
Alam
mencontohkan dirinya, dalam keluarganya yang berkecukupan, Alam (dalam
berperilaku dan bergaul ) tidak begitu menampakkan bahwa dirinya adalah orang
yang berkecukupan. Alam tidak begitu menggantungkan hidupnya kepada harta yang
dimiliki keluarganya di rumah. Karena Alam paham, bahwa harta yang dimiliki
oleh keluarganya di rumah, nantinya akan dikelola oleh adik perempuan Alam. Dan
Alam tidak akan “mengusik” harta itu. Tindakan Alam ini, bukan karena tradisi matrilineal saja, melainkan karena di
Suku Minang, Seorang laki-laki akan lebih “berharga dan berwibawa” jika dia
telah merantau (Melanjutkan pendidikan, berdagang dll). Dalam arti lainnya, “kewibawaan”
seseorang tidak akan diukur dari seberapa banyak harta yang dimilikinya, apa
pekerjaannya, atau apa jabatannya. Melainkan, seberapa tinggikah ilmunya dan
seberapa luaskah pengalamannya.
Tradisi matrilineal,
hingga kini masih berlaku di kalangan masyarakat minang. Meskipun mayoritas
pemuda-pemudinya banyak yang sudah merantau dan banyak mendapatkan pengetahuan
dan pengalaman-pengalaman baru, mereka (baca: pemuda-pemudi) belum
punya niatan untuk merubah tradisi matrilineal
tersebut. Karena selama ini mereka masih yakin bahwa memang perempuanlah yang
mampu menjaga warisan dan pesan nenek moyang tersebut. [hydra-zone]
0 komentar:
Posting Komentar